Makalah Esensi Manusia dalam Pendidikan Islam
Oleh : Ibrahim Lubis
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/07/bahaya-narkoba-bagi-remaja.html
I. PENDAHULUAN:
Esensi Manusia dalam Pendidikan Islam
Falsafah pendidikan islam adalah aplikasi dari pandangan falsafah dan
kaidah islam dalam bidang pengalaman manusia muslim yang disebut
pendidikan[1]. Sebagai mana yang kita ketahui bahwa pendidikan islam
bertujuan untuk menjadikan manusia menjadi pribadi muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah.
Fitrah yang terlahir sejak terciptanya manusia merupakan modal dasar
manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk hidup
lainnya[2]. Potensi yang berupa fitrah ini tidak akan berkembang jika
tidak dibimbing dan dibina sedemikian rupa. Oleh karena itulah, melalui
mediasi pendidikanlah potensi yang sudah terlahir itu akan terbina dan
akan berkembang.
Keberadaan manusia sebenarnya sudah tercantum dalam ayat-ayat al-quran,
berita mengenai manusia, proses penciptaan manusia sampai tatanan
kehidupan manusia pun sudah diatur di dalam al-quran. Hal ini
menggambarkan kepada kita bahwa pendidikan islam merupakan cara yang
paling sempurna dalam mengembangkan potensi fitrah yang sudah ada sejak
jaman ajali. Pendidikan
islam akan memberikan bimbingan bagaimana menjadikan manusia sebagai
manusia yang beriman sekaligus sebagai khalifah yang bertanggung jawab.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai esensi Manusia terhadap
Pendidikan Islam, kajian ini diharapkan akan menghantarkan kepada kita
untuk menjadi manusia yang berkepribadian muslim yang bertaqwa kepada
Allah dengan pengamalan dari aplikasi kehidupan kita sehari-hari.
II. PEMBAHASAN : Esensi Manusia dalam pendidikan Islam
A. Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam
Dalam memahami manusia tentu harus dipedomani dengan pandangan islam
sebagai tolak ukur yang mendasar untuk mengetahui sesungguhnya apa
hakikat manusia. Dalam pandangan Islam manusia tercipta dari dua unsur
yaitu unsur materi dan non materi. Dari pengertiannya bahwa dimensi
materi bermakna manusia adalah al-jism dan dimensi non-materi bermakna
al-ruh[3].
Dimensi materi memerlukan pendidikan yang berguna untuk mengembangkan
potensi yang sudah terlahir, pembinaan dan pengembangan potensi yang
dimiliki manusia berfungsi untuk menunjukkan bahwa manusia layak menjadi
khalifah dimuka bumi ini. Perkembangan jaman yang terus-menerus semakin
menunjukkan perkembangannya, harus diimbangi dengan ilmu pengetahuan
yang relevan guna untuk memberikan keseimbangan antara alam dengan
manusia.
Jika pendidikan tidak mengambil perannya, maka manusia akan tertinggal
dan tidak akan mampu mengelola kapasitas rahasia yang perlu diungkap
yang berguna untuk menambah wawasan manusia dalam mengurus dan menjaga
alam. Dimensi materi juga memiliki dua daya, yaitu:
1. Daya Fisik atau jasmani seperti: melihat, meraba, mendengar, merasa, dan mencium
2. Daya gerak yaitu kemampuan manusia untuk menggerakkan tangan, mata, kaki dan sebagainya.
Sedangkan dimensi non materi bermakna tempat bagi segala sesuatu yang
intelijibel dan dilengkapi dengan fakultas-fakultas yang memiliki
sebutan berlainan dalam keadaan yang berbeda, yaitu ruh, nafs, qalb, dan
aql[4]. Dimensi non-materi juga memiliki dua daya yaitu:
1. Daya berpikir yang disebut akal berpusat di kepala
2. Daya rasa disebut qalb atau hati yang berpusat di dada
Dapat disimpulkan bahwa manusia secara hakikatnya yang ditinjau dari kualitas dan kuantitas dalam pandangan pendidikan islam
merupakan gabungan dua unsur yang terdiri dari unsur jasmani dan unsur
rohani. Dua unsur tersebut telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang
sempurna dan memiliki tingkat kecerdasan tinggi dan tingkat perubahan
yang signifikan.
B. Tujuan Terciptanya Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam
1). Menjadi Khalifah
Islam
menempatkan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah. Kata khalifah
bermakna sebagai pemimpin yang hakikatnya sebagai pengganti Allah untuk
melaksanakan titahNya di muka bumi ini[5]. Selain itu makna khalifah
juga dapat dimaknai sebagai pemimpin yang diberi tugas untuk memimpin
diri sendiri dan makhluk lainnya. Kepemimpinan yang harus dilaksanakan
manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga, merawat, memelihara,
mendayagunakan serta memakmurkan alam semesta guna kepentingan manusia
secara keseluruhan[6].
Tujuan manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam terlahir kedunia ini
tidak lain adalah untuk menjadi pemimpin atau khalifah, hal ini telah
ditegaskan dalam Firman allah dalam surat Hud ayat 61:
“Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya”
Dari keterangan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah swt telah
memberikan mandat kepada manusia untuk menjadi penguasa yang mengatur
tatanan bumi dan segala isinya. Inilah kekuasaan yang bersifat umum yang
diberikan Allah kepada manusia sebagai khalifah yakni untuk memakmurkan
kehidupan di bumi[7].
2). Mengabdi Kepada Allah
Dalam Al-quran telah ditegaskan bahwa manusia diciptakan hanya untuk
mengabdi kepada sang khaliq yaitu Allah swt. Hal ini sebagaimana firman
Allah yang artinya:
“Dan tidaklah Ku-Ciptakan jin dan manusia,melainkan supaya mereka senantiasa mengabdikan diri (beribadah) kepada-Ku[8].
Dari keterangan ayat diatas menyatakan bahwa apa yang harus dilakukan
manusia ketika terlahir kepermukaan bumi ini adalah hanya untuk mengabdi
kepada allah. Dalam konteks ibadah dapat dimaknai bahwa segala
aktifitas yang dilakukan manusia dalam keseharianya harus disandarkan
dengan tujuan ibdah. Segala bentuk pengabdian harus disertai dengan niat
dan tujuan hanya karena allah.
Makna ibadah tidak saja dapat diartikan dalam bentuk ritual keagamaan
yang bersifat wajib saja, namun secara mendalam, konteks ibadah
merupakan bentuk perlakuan dan perbuatan manusia yang disandarkan dengan
niat dan tujuan hanya untuk mengabdi kepada allah semata.
C. Implikasi Esensi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam
Berdasarkan tujuan terciptanya manusia, maka tujuan pencarian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan adalah untuk mengenali
dan meneguhkan kembali syahadah manusia terhadap tuhan[9]. Dalam hal
ini, pendidikan haruslah merupakan suatu proses pemberi bantuan
kemudahan atau bimbingan bagi seorang anak manusia untuk mengenali dan
meneguhkan kembali syahadah primordialnya kepada Allah swt. Dalam
pengertian ini, mengenali berarti menyadarkan manusia untuk mengetahui
bahwa ia akan kembali kehadapan Allah, dan ia harus
mempertanggungjawabkan segala bentuk perbuatannya kepada Allah swt.
Dalam konteks fungsi penciptaan manusia, implikasi esensi manusia
sebagai Abdi Allah terhadap pendidikan islam adalah sebuah upaya untuk
memberikan bantuan kemudahan bagi peserta didik dalam mengaktualitaskan
daya-daya al-jism dan al-ruh ke arah ketundukan dan kepatuhan yang
sepenuhnya kepada Allah swt. Dalam Perspektif Pendidikan Islam,
pendidikan harus melatihkan dan membiasakan prilaku abid serta
mengarahkan pikiran, emosi, nafsu dan perasaan peserta didik dan manusia
umumnya untuk sepenuhnya taat dan tunduk terhadap perintah Allah swt.
III. PENUTUP
Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan yang mendasar
bahwa tujuan akhir dari Esensi Manusia dalam pendidikan Islam adalah
untuk menciptakan manusia muslim yang paripurna dalam konsep al-insan
al-kamil, yaitu manusia yang selalu istiqomah dan kontinium terampil
dalam memfungsikan daya jasmani dan ruhani mereka untuk selalu tunduk
dan patuh kepada Allah swt. Pendidikan yang mengabaikan tujuan, fungsi
dan tugas penciptaan manusia dari konsep pendidikan islam adalah satu
bentuk konkrit jauhnya praktik pendidikan yang sesungguhnya.
REFERENSI
- Omar mohammad al-Thoumy al-Syaibany, Falsafah al-tarbiyah al-Islamiyah, Bairut-Libanon: Dar al-Tarbiyah, 1975
- Al Rasyidin, Percikan Pemikiran Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009
- M. Naquib al-attas, konsep Pendidikan Dalam Islam. Terj. Haidar Bagir, Bandung: Mizan, 1990
- Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 1, Bairut, Libanon: Dar al-Fikr, 1971
- Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman, Bandung: Mizan, 1994
_______________
[1] Omar mohammad al-Thoumy al-Syaibany, Falsafah al-tarbiyah al-Islamiyah (Bairut-Libanon: Dar al-Tarbiyah, 1975)
[2] Pendapat Ibrahim Lubis, Mahasiswa Pascasarjana IAIN-SU
[3] Al Rasyidin, Percikan Pemikiran Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), h. 6
[4] M. Naquib al-attas, konsep Pendidikan Dalam Islam. Terj. Haidar Bagir (Bandung: Mizan, 1990), h. 5-7
[5] Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 1 (Bairut, Libanon: Dar al-Fikr, 1971)
[6] Ibid.
[7] Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman (Bandung: Mizan, 1994), h. 48
[8] Q.S, al-Dzariyat ayat 56
[9] Al Rasyidin, Percikan Pemikiran Pendidikan, ibid, h. 11
Jika Anda Tidak dapat Melihat Daftar Pustaka atau Footnote dalam Makalah ini, Lihat tulisan Show, kemudian anda dapat mengarahkan Kursor dan klik saja tulisan show itu.
0 komentar:
Posting Komentar